Duniasoccer.com - Spanyol kembali berpesta. Kejayaan mereka sejak empat tahun lalu
berhasil disempurnakan dengan keberhasilan meraih gelar Piala Eropa
tahun ini. Pada partai puncak, La Furia Roja mampu menekuk Italia dengan
empat gol tanpa balas, di Stadion Olimpic, Kiev, (1/7).
Hasil ini terasa sangat spesial, karena Spanyol pun mengukuhkan diri sebagai tim pertama yang mampu mempertahankan gelar Piala Eropa. Pun menjadi satu-satunya negara yang bisa meraih dua trofi Piala Eropa dan satu Piala Dunia secara beruntun.
Perjuangan Spanyol memang patut diacungi jempol demi mencapai gelar juara. Apalagi, sejak ditahan imbang tim yang sama pada fase grup, mereka belum pernah kebobolan sepanjang waktu normal. Dan pencapaian itu dipertahankan hingga partai puncak.
Berbanding terbalik dengan pertemuan pertama di fase grup, kali ini Spanyol lebih dulu mengambil inisiatif menyerang. Tekanan gencar langsung dilancarkan La Furia Roja ke lini pertahanan Italia, memaksa Gianlugi Buffon dkk berjibaku mempertahankan gawangnya.
Setelah berkali-kali menekan, Spanyol akhirnya berhasil membuka skor. Laga memasuki menit ke-14, umpan terobosan Andres Iniesta disambut Cesc Fabregas yang lolos dari jebakan offside. Sempat mengecoh satu bek lawan, Fabregas melepas umpan silang yang disambut David Silva dengan tandukan kepala. Bola pun bersarang di gawang Buffon.
Tertinggal satu gol memaksa Italia kian meningkatkan tekanan. Skuad asuhan Cesare Prandelli ini pun mampu mengambil alih kendali permainan. Sedangkan Spanyol mulai memperkuat pertahanan dan sesekali melancarkan serangan balik cepat.
Justru dengan serangan balik itu Spanyol akhirnya mampu menggandakan skor, tepatnya pada menit ke-41. Menerima umpan terobosan Xavi Hernandez, Jordi Alba berhasil lolos dari jebakan offside, dan tinggal berhadapan dengan Buffon. Dengan sepakan mendatar kaki kiri, Alba kembali memaksa Buffon mencomot bola dari gawangnya.
Dua gol itu membuat Spanyol kian leluasa memainkan bola. Sedangkan Italia terus berusaha mencari celah untuk menembus pertahanan Spanyol. Sayang, hingga turun minum, upaya Gli Azzurri gagal membuahkan hasil. Spanyol memimpin 1-0 hingga jeda.
Pada babak kedua, Italia langsung memasukkan Antonio Di Natale guna menambah daya gedor di lini depan. Masuknya Di Natale membuat variasi serangan Italia lebih hidup. Dua peluang mampu dihasilkan striker asal Udinese tersebut. Namun Casillas masih tangguh di bawah mistar.
Alih-alih berhasil memperkecil ketinggalan, nasib sial justru kembali menghampiri Italia. Pada menit ke-61, Thiago Motta, yang baru masuk menggantikan Riccardo Montolivo, harus keluar lagi karena mengalami cedera. Italia pun terpaksa tampil dengan 10 pemain pada sisa laga karena sudah melakukan tiga pergantian.
Situasi itu membuat Spanyol kian leluasa mendominasi permainan sepanjang babak kedua ini. Balotelli pun diinstruksikan bermain lebih ke belakang demi menambal lubang yang ditinggal Thiago Motta. Akan tetapi, Spanyol justru berhasil menambah dua gol melalui pemain pengganti, Fernando Torres dan Juan Mata.
Menerima umpan terobosan Xavi, Torres dengan leluasa mampu menjebol gawang Buffon pada menit ke-84. Dilanjutkan gol Mata, yang berhasil memanfaatkan umpan Torres pada sentuhan keduanya sejak masuk menggantikan Iniesta, dengan sontekan kaki kiri di mulut gawang. Skor akhir pun menjadi 4-0 untuk La Furia Roja, sekaligus kembali menahbiskan mereka sebagai penguasa Eropa. Sekaligus mencatat rekor kemenangan terbesar sepanjang sejarah gelaran partai final Piala Eropa.
Pada laga ini, Andres Iniesta terpilih sebagai man of the match . (irawan)
Susunan pemain:
Spanyol: Casillas; Arbeloa, Pique, Ramos, Alba; Xavi, Busquets, Xabi Alonso; David Silva (Pedro 59), Fabregas (Torres , Iniesta (Mata 87).
Italia: Buffon; Abate, Barzagli, Bonucci, Chiellini (Bazaretti 21); Marchisio, Pirlo, De Rossi; Montolivo (Thiago Motta 56); Cassano (Di Natale 46), Balotelli.
Statistik
Penguasaan bola: 52%-48%
Total tembakan: 14-11
Tembakan ke arah gawang: 9-6
Corner: 3-3
Offside: 3-3
Pelanggaran: 17-10
Kartu kuning: Pique 25 (Spanyol) - Barzagli 45 (Italia)
Kartu merah: -
Hasil ini terasa sangat spesial, karena Spanyol pun mengukuhkan diri sebagai tim pertama yang mampu mempertahankan gelar Piala Eropa. Pun menjadi satu-satunya negara yang bisa meraih dua trofi Piala Eropa dan satu Piala Dunia secara beruntun.
Perjuangan Spanyol memang patut diacungi jempol demi mencapai gelar juara. Apalagi, sejak ditahan imbang tim yang sama pada fase grup, mereka belum pernah kebobolan sepanjang waktu normal. Dan pencapaian itu dipertahankan hingga partai puncak.
Berbanding terbalik dengan pertemuan pertama di fase grup, kali ini Spanyol lebih dulu mengambil inisiatif menyerang. Tekanan gencar langsung dilancarkan La Furia Roja ke lini pertahanan Italia, memaksa Gianlugi Buffon dkk berjibaku mempertahankan gawangnya.
Setelah berkali-kali menekan, Spanyol akhirnya berhasil membuka skor. Laga memasuki menit ke-14, umpan terobosan Andres Iniesta disambut Cesc Fabregas yang lolos dari jebakan offside. Sempat mengecoh satu bek lawan, Fabregas melepas umpan silang yang disambut David Silva dengan tandukan kepala. Bola pun bersarang di gawang Buffon.
Tertinggal satu gol memaksa Italia kian meningkatkan tekanan. Skuad asuhan Cesare Prandelli ini pun mampu mengambil alih kendali permainan. Sedangkan Spanyol mulai memperkuat pertahanan dan sesekali melancarkan serangan balik cepat.
Justru dengan serangan balik itu Spanyol akhirnya mampu menggandakan skor, tepatnya pada menit ke-41. Menerima umpan terobosan Xavi Hernandez, Jordi Alba berhasil lolos dari jebakan offside, dan tinggal berhadapan dengan Buffon. Dengan sepakan mendatar kaki kiri, Alba kembali memaksa Buffon mencomot bola dari gawangnya.
Dua gol itu membuat Spanyol kian leluasa memainkan bola. Sedangkan Italia terus berusaha mencari celah untuk menembus pertahanan Spanyol. Sayang, hingga turun minum, upaya Gli Azzurri gagal membuahkan hasil. Spanyol memimpin 1-0 hingga jeda.
Pada babak kedua, Italia langsung memasukkan Antonio Di Natale guna menambah daya gedor di lini depan. Masuknya Di Natale membuat variasi serangan Italia lebih hidup. Dua peluang mampu dihasilkan striker asal Udinese tersebut. Namun Casillas masih tangguh di bawah mistar.
Alih-alih berhasil memperkecil ketinggalan, nasib sial justru kembali menghampiri Italia. Pada menit ke-61, Thiago Motta, yang baru masuk menggantikan Riccardo Montolivo, harus keluar lagi karena mengalami cedera. Italia pun terpaksa tampil dengan 10 pemain pada sisa laga karena sudah melakukan tiga pergantian.
Situasi itu membuat Spanyol kian leluasa mendominasi permainan sepanjang babak kedua ini. Balotelli pun diinstruksikan bermain lebih ke belakang demi menambal lubang yang ditinggal Thiago Motta. Akan tetapi, Spanyol justru berhasil menambah dua gol melalui pemain pengganti, Fernando Torres dan Juan Mata.
Menerima umpan terobosan Xavi, Torres dengan leluasa mampu menjebol gawang Buffon pada menit ke-84. Dilanjutkan gol Mata, yang berhasil memanfaatkan umpan Torres pada sentuhan keduanya sejak masuk menggantikan Iniesta, dengan sontekan kaki kiri di mulut gawang. Skor akhir pun menjadi 4-0 untuk La Furia Roja, sekaligus kembali menahbiskan mereka sebagai penguasa Eropa. Sekaligus mencatat rekor kemenangan terbesar sepanjang sejarah gelaran partai final Piala Eropa.
Pada laga ini, Andres Iniesta terpilih sebagai man of the match . (irawan)
Susunan pemain:
Spanyol: Casillas; Arbeloa, Pique, Ramos, Alba; Xavi, Busquets, Xabi Alonso; David Silva (Pedro 59), Fabregas (Torres , Iniesta (Mata 87).
Italia: Buffon; Abate, Barzagli, Bonucci, Chiellini (Bazaretti 21); Marchisio, Pirlo, De Rossi; Montolivo (Thiago Motta 56); Cassano (Di Natale 46), Balotelli.
Statistik
Penguasaan bola: 52%-48%
Total tembakan: 14-11
Tembakan ke arah gawang: 9-6
Corner: 3-3
Offside: 3-3
Pelanggaran: 17-10
Kartu kuning: Pique 25 (Spanyol) - Barzagli 45 (Italia)
Kartu merah: -
Selamat berbagi ke: